Kota Banjarmasin memiliki ikon budaya yang cukup terkenal, yaitu Kain Sasirangan. Kata sasirangan berasal dari bahasa Banjar “sirang” yang berarti rajut atau dirajut.
Sejarah perkembangan kain ini berawal dari kisah Patih Lambung Mangkurat yang sedang bertapa di atas rakit Balarut Banyu untuk mencari raja di Kerajaan Negara Dipa pada abad ke-12 Masehi. Di akhir pertapaannya, rakit yang ditumpanginya terdampar di daerah Rantau, Kota Bagantung. Di tempat itulah, ia menemukan gadis cantik bernama Putri Buih yang berada di dalam sebuah buih besar. Agar bisa keluar dari dalam buih, sang Putri meminta kepada Lambung Mangkurat untuk dibuatkan kain sarung yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40 putri dengan motif wadi/padiwaringin dan harus selesai dalam waktu sehari.Sejak itulah, setiap kain tenun yang dibuat oleh orang Banjar disebut dengan Kain Calapan. Sebagian orang Banjar juga menyebutnya Kain Pamintaan (permintaan) karena pada awalnya beberapa kelompok pengrajin hanya membuat untuk keperluan batatamba atau penyembuhan orang sakit dan harus dipesan khusus terlebih dahulu (dalam bahasa Banjar disebut pamintaan). Selain untuk batatamba, kain tersebut juga dikenal sebagai kain yang sakral dan hanya boleh dipakai dalam upacara-upacara adat tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman, kain tersebut sudah menjadi pakaian adat bagi masyarakat Banjar dan umum dikenakan oleh semua kalangan.
Dalam perkembangannya, nama Kain Calapan atau Pamintaan berubah menjadi Kain Sasirangan. Proses pembuatan kain ini telah diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang. Jika berminat ingin menyaksikan proses pembuatan Kain Sasirangan, Anda bisa datang langsung ke Kota Banjarmasin. Di “Kota Seribu Sungai” ini terdapat sentra pembuatan Kain Sasirangan bernama Kampung Sasirangan atau Kampung Melayu.
Sejak dulu, Kampung Melayu dikenal sebagai sentra kerajinan Kain Sasirangan terbesar di Kota Banjarmasin. Pada 2010, Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Banjarmasin telah menetapkan Kampung Melayu/Sasirangan sebagai obyek wisata belanja, khususnya suvenir kain dan busana Sasirangan. Hal ini memudahkan para wisatawan yang ingin membeli dan menjadikan Kain Sasirangan sebagai buah tangan ketika berkunjung ke Banjarmasin.
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika datang langsung berbelanja ke Kampung Sasirangan. Di sana, pengunjung dapat memilih Kain Sasirangan, baik dalam bentuk selembar kain maupun yang sudah berbentuk bahan jadi seperti kaos, kemeja, daster, dompet, dan tas. Selain itu, pilihan motifnya juga sangat beragam sehingga Anda bisa memilih motif sesuai dengan selera, misalnya motif flora, fauna, maupun alam. Harganya pun cukup bervariasi, yaitu mulai puluhan hingga ratusan ribu permeter. Keragaman harga tersebut ditentukan oleh jenis corak, warna, dan bahan kain yang digunakan.
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menghasilkan Kain Sasirangan yang berkualitas. Tahap awal adalah membuat bahan kain. Pada awalnya, bahan baku kain terbuat serat kapas atau katun. Dalam perkembangannya, kain kapas mulai banyak ditinggalkan dan beralih ke bahan nonkapas, seperti polyester, rayon, dan sutra. Setelah itu, kain kemudian diwarnai dengan bahan pewarna yang saat ini kebanyakan dari bahan pewarna kimiawi, seperti warna direct, basis, asam, belerang, hydron, dan sebagainya.
Kain yang sudah diwarnai kemudian dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan lalu dibuat pola motif yang diinginkan. Setelah itu, pola motif tersebut dijahit (dismoke) dengan benang. Proses ini tergolong cukup rumit sehingga memerlukan keahlian khusus, yakni harus dilakukan dengan teliti dan cermat agar dapat menghasilkan kombinasi warna yang menarik.
Sedikitnya ada 3 cara untuk mewarnai motif pada Kain Sasirangan, yaitu teknik pencelupan untuk satu motif kain, teknik pencoletan untuk beberapa warna motif, dan teknik yang menggabungkan kedua teknik tersebut tadi. Teknik yang ketiga ini digunakan untuk membuat warna dasar pada kain kemudian dicolet dengan variasi warna untuk membentuk motif. Agar hasil perwarnaannya lebih maksimal, maka tingkat kerataan warna harus diteliti secara cermat.
Selanjutnya, kain yang telah diberi warna motif kemudian dicuci dengan air dingin. Setelah itu, jahitan-jahitan pada kain dilepas lalu dijemur, namun tidak boleh dijemur langsung di bawah terik matahari. Setelah kering, kain tersebut kemudian dirapikan dengan cara disetrika agar tidak kusut. Proses ini merupakan proses terakhir dari seluruh tahapan pembuatan Kain Sasirangan.
SUMBER : KLIKDISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar